Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 24:3--26:45; Mat 25:1
Full Life: Mat 24:3--26:45 - PERCAKAPAN DI BUKIT ZAITUN.
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para
murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan du...
Nas : Mat 24:3-25:46
Nubuat Yesus ini terutama merupakan jawaban atas pertanyaan para murid-Nya, "Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Yesus memberikan kepada mereka:
- (1) tanda-tanda umum yang akan terjadi selama zaman ini sampai pada akhir zaman (Mat 24:4-14);
- (2) tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa akhir zaman telah tiba, yaitu masa kesengsaraan besar (Mat 24:15-28);
- (3) tanda-tanda yang menakjubkan yang terjadi pada saat Ia datang dengan kemuliaan dan kuasa (Mat 24:29-31);
- (4) peringatan kepada orang kudus dalam masa kesengsaraan besar agar berjaga-jaga terhadap tanda-tanda yang menuju kepada kedatangan Kristus yang dinanti-nantikan segera setelah masa kesengsaraan besar berakhir (Mat 24:32-35);
- (5) peringatan kepada orang percaya yang hidup sebelum masa
kesengsaraan untuk siap sedia secara rohani karena kedatangan
Kristus untuk jemaat-Nya akan terjadi pada saat yang tak diduga-duga
(Mat 24:36-51; 25:1-30;
lihat cat. --> Yoh 14:3, dan
[atau ref. Yoh 14:3]
lihat art. KEANGKATAN GEREJA);
- (6) suatu gambaran mengenai penghakiman bangsa-bangsa setelah Ia datang kembali ke bumi (Mat 25:31-46). Perlu diperhatikan bahwa banyak rincian mengenai kedatangan kembali Kristus tidak dijelaskan dalam pasal Mat 24:1-51. Selanjutnya, sampai saat ini belum ada seorang pun yang mengartikan semua nubuat mengenai akhir zaman dengan kepastian penuh. Dalam percakapan Yesus terdapat unsur rahasia yang perlu kerendahan hati dan hati yang tertuju kepada Tuhan Yesus sendiri. Kita dapat menantikan tambahan pengertian tentang penyataan ini pada akhir zaman (bd. Dan 12:9).
Full Life: Mat 25:1 - PERUMPAMAAN SEPULUH GADIS.
Nas : Mat 25:1
Perumpamaan mengenai sepuluh gadis ini menekankan bahwa semua orang
percaya harus senantiasa memperhatikan keadaan rohani mereka sen...
Nas : Mat 25:1
Perumpamaan mengenai sepuluh gadis ini menekankan bahwa semua orang percaya harus senantiasa memperhatikan keadaan rohani mereka sendiri mengingat Kristus bisa datang pada saat yang tidak diketahui dan tidak diduga. Mereka harus bertekun dalam iman supaya bila hari dan jam itu tiba mereka akan diterima oleh Tuhan yang kembali (ayat Mat 25:10). Kelalaian untuk memelihara hubungan pribadi dengan Tuhan pada saat kedatangan-Nya kembali berarti akan dikucilkan dari kehadiran dan kerajaan-Nya.
- 1) Yang membedakan kelompok gadis yang bijaksana dengan yang bodoh
ialah bahwa yang bodoh itu tidak memperhitungkan bahwa kedatangan Tuhan
(lihat cat. --> Yoh 14:3)
[atau ref. Yoh 14:3]
akan terjadi pada saat yang tidak terduga, suatu saat yang tidak didahului oleh tanda-tanda khusus yang jelas (ayat Mat 25:13;lihat cat. --> Mat 24:36).
lihat cat. --> Mat 24:44).
[atau ref. Mat 24:36,44]
- 2) Melalui perumpamaan ini dan juga di bagian yang lain (Luk 18:8) Kristus menyatakan bahwa sebagian besar gereja tidak akan siaga pada saat Dia datang kembali (ayat Mat 25:8-13). Dengan demikian Kristus menyatakan dengan jelas bahwa Ia tidak akan menunggu sampai semua gereja siap untuk kedatangan-Nya.
- 3) Perlu diperhatikan bahwa semua gadis itu (baik yang setia maupun
yang tidak setia) sangat terkejut ketika mempelai laki-laki datang (ayat
Mat 25:5-7). Hal ini menunjukkan bahwa perumpamaan ini berkaitan
dengan orang percaya yang hidup sebelum masa kesengsaraan besar dan
tidak berkaitan dengan mereka yang hidup selama kesengsaraan itu, yang
akan mempunyai tanda cukup mendahului kedatangan Kristus pada akhir masa
kesengsaraan itu
(lihat art. KESENGSARAAN BESAR).
Jerusalem: Mat 24:45--25:30 - -- Pada wejangan yang menubuatkan kemusnahan Yerusalem dan kedatangan nyata Kerajaan Mesias dalam jemaatNya Matius menambah tiga buah Perumpamaan yang me...
Pada wejangan yang menubuatkan kemusnahan Yerusalem dan kedatangan nyata Kerajaan Mesias dalam jemaatNya Matius menambah tiga buah Perumpamaan yang mengenai kesudahan masing-masing orang. Perumpamaan pertama berkata tentang seorang hamba Kristus yang dipercayakan suatu jabatan dalam Gereja, seperti misalnya para rasul; hamba itu dihakimi sesuai dengan cara ia menunaikan tugasnya (Mat 24:45-51).
Jerusalem: Mat 25:1-13 - -- Gadis-gadis itu ialah orang Kristen yang sedang menantikan "mempelai" mereka, yaitu Kristus. Meskipun kedatanganNya ditunda-tunda, namun pelita-pelita...
Gadis-gadis itu ialah orang Kristen yang sedang menantikan "mempelai" mereka, yaitu Kristus. Meskipun kedatanganNya ditunda-tunda, namun pelita-pelita penjaga harus siap-sedia.
Sejumlah naskah menambah: dan mempelai perempuan.
Ende -> Mat 25:1-46; Mat 25:1-13
Bab ini melandjutkan atjara bab 24 Mat 24.
supaja selalu siap.
Ref. Silang FULL -> Mat 25:1
Ref. Silang FULL: Mat 25:1 - Sorga seumpama // mengambil pelitanya // mempelai laki-laki · Sorga seumpama: Mat 13:24; Mat 13:24
· mengambil pelitanya: Luk 12:35-38; Kis 20:8; Wahy 4:5
· mempelai laki-laki: Wahy 19:7; 2...
· Sorga seumpama: Mat 13:24; [Lihat FULL. Mat 13:24]
· mengambil pelitanya: Luk 12:35-38; Kis 20:8; Wahy 4:5
· mempelai laki-laki: Wahy 19:7; 21:2
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 25:1-13
Matthew Henry: Mat 25:1-13 - Perumpamaan Sepuluh Gadis
Pasal ini melanjutkan dan sekaligus mengakhiri khotbah Juruselamat kita yang telah dimulai dalam pasal sebelumnya, tentang kedatangan-Nya yang ked...
- Pasal ini melanjutkan dan sekaligus mengakhiri khotbah Juruselamat kita yang telah dimulai dalam pasal sebelumnya, tentang kedatangan-Nya yang kedua kali dan akhir dunia ini. Ini adalah khotbah perpisahan-Nya yang sarat dengan peringatan, sama seperti penghiburan yang telah diberikan kepada murid-murid-Nya dalam Yohanes 14:15-16. Mereka membutuhkan keduanya dalam dunia yang penuh dengan godaan dan kesukaran seperti ini. Pesan utama khotbah tersebut adalah, karena itu berjaga-jagalah dan bersiapsedialah. Sekarang, untuk menjelaskan peringatan yang sungguh-sungguh bertujuan untuk membangunkan orang ini, dalam pasal ini disampaikan tiga perumpamaan, yang tujuannya sama, yakni untuk mendorong kita semua agar lebih bersungguh-sungguh dan rajin mempersiapkan diri dalam menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kali. Pesan ini juga disampaikan pada berbagai kesempatan perpisahan dengan jemaat-Nya, seperti sebelum kematian-Nya (Yoh. 14:2), pada hari kenaikan-Nya ke sorga (Kis. 1:11), dan pada bagian penutup Alkitab (Why. 22:20). Sekarang, hal yang berkaitan dengan diri kita adalah agar kita mempersiapkan diri untuk kedatangan Kristus:
- I. Agar kita selalu siap siaga menunggu untuk melayani Dia seperti yang ditunjukkan dalam perumpamaan sepuluh gadis (ay. 1-13).
- II. Agar kita siap memberikan pertanggungjawaban kepada-Nya seperti yang digambarkan dalam perumpamaan tiga orang hamba (ay. 14-30).
- III. Agar kita siap menerima hukuman terakhir dari-Nya, yang bisa berupa kehidupan kekal. Hal ini digambarkan dengan lebih jelas dalam pelaksanaan penghakiman terakhir (ay. 31-46). Semuanya ini adalah peringatan yang sangat mengerikan, karena menyangkut soal kekekalan kita masing-masing.
Perumpamaan Sepuluh Gadis (25:1-13)
- Di sini dijelaskan:
- I. Bahwa yang digambarkan secara umum adalah Kerajaan Sorga, keadaan segala sesuatu di bawah pengaruh Injil, bagian lahiriah dari Kerajaan Kristus, serta pemerintahan dan keberhasilannya. Beberapa perumpamaan Kristus telah menunjukkan kepada kita bagaimana Kerajaan-Nya itu diterima pada saat kini, sebagaimana yang digambarkan dalam pasal 13. Sedangkan dalam pasal ini ditunjukkan bagaimana jadinya tatkala rahasia Allah diakhiri dan Kerajaan itu diserahkan kepada Bapa. Pelaksanaan pemerintahan Kristus terhadap mereka yang siap dan tidak siap pada hari yang mulia itu bisa digambarkan melalui perumpamaan ini; atau Kerajaan itu dijadikan bagi para warga Kerajaan itu. Orang-orang yang mengaku percaya kepada Kekristenan diibaratkan seperti sepuluh gadis ini, dan kelak mereka akan dibedakan dengan cara demikian pula.
- II. Bahwa yang digunakan sebagai penggambaran adalah kekhidmatan sebuah perkawinan. Zaman dulu, ada suatu kebiasaan yang kadang-kadang dilakukan di antara orang-orang Yahudi pada peristiwa perkawinan itu, yaitu mempelai laki-laki datang, dengan ditemani sahabat-sahabatnya, pada jauh malam ke rumah pengantin perempuan, yang menantikannya. Sang pengantin perempuan ini juga ditemani oleh sejumlah pengiring perempuan. Ketika ada pemberitahuan bahwa mempelai laki-laki sudah hampir tiba, para pengiring perempuan ini harus pergi menyongsong kedatangan mempelai laki-laki dengan membawa pelita untuk menerangi jalan mempelai laki-laki menuju rumah pengantin perempuan dengan disertai berbagai upacara dan acara resmi, untuk merayakan perkawinan ini dengan penuh sukacita. Beberapa orang menduga bahwa untuk peristiwa ini biasanya ditugaskan sepuluh orang gadis. Orang-orang Yahudi tidak pernah menyelenggarakan acara penyunatan, Paskah, atau peresmian perkawinan di tempat ibadah mereka tanpa kehadiran sekurang-kurangnya sepuluh orang. Ketika Boas menikahi Rut, ia memilih sepuluh saksi (Rut 4:2).
- Sekarang, dalam perumpamaan ini:
- . Mempelai laki-laki itu adalah Tuhan kita Yesus Kristus. Ia digambarkan seperti itu dalam Mazmur pasal 45, dalam Kidung Agung Salomo, dan sering juga dalam Perjanjian Baru. Semuanya ini berbicara mengenai kasih-Nya yang sedalam-dalamnya dan tiada bandingannya serta kovenan atau perjanjian-Nya yang setia dan tak tergoyahkan kepada tunangan-Nya, yaitu jemaat-Nya. Sekarang, orang-orang percaya dipertunangkan dengan Kristus (Hos. 2:18). Tetapi kekhidmatan perkawinan itu sendiri disimpan untuk disediakan nanti pada hari yang mulia itu, tatkala pengantin perempuan, istri Anak Domba itu, telah benar-benar siap sedia (Why. 19:7, 9).
- . Gadis-gadis ini adalah orang-orang percaya, anggota jemaat.
- Tetapi, di sini mereka diumpamakan sebagai teman-temannya (Mzm. 45:15), di tempat lain dikatakan sebagai anak-anaknya (Yes. 54:1), sebagai perhiasannya (Yes. 49:18). Mereka yang mengikuti Anak Domba itu, dikatakan sama seperti perawan (Why. 14:4). Hal ini menunjukkan kecantikan dan kemurnian mereka, karena mereka akan dibawa sebagai perawan suci kepada Kristus (2Kor. 11:2). Mempelai laki-laki itu adalah seorang raja, sehingga para gadis ini menjadi hamba perempuan yang terhormat, dara-dara yang tak terbilang banyaknya (Kid. 6:8). Namun, di sini jumlah mereka dikatakan sepuluh orang.
- . Tugas gadis-gadis ini adalah menyongsong kedatangan mempelai laki-laki, sebuah tugas yang sangat membahagiakan. Mereka datang untuk bersiap siaga melayani mempelai laki-laki itu ketika ia muncul, dan sementara itu mereka menunggu kedatangannya. Perhatikan sifat Kekristenan di sini.
- Sebagai umat Kristen, kita mengaku bahwa kita adalah:
- (1) Pelayan-pelayan yang siap melayani Kristus, menghormati-Nya sebagai mempelai laki-laki yang mulia, memuliakan nama-Nya dan mendatangkan puji-pujian bagi Dia, khususnya ketika Ia akan datang untuk dimuliakan dalam orang-orang kudus-Nya. Kita harus mengikuti-Nya sebagai pelayan-pelayan terhormat yang melayani tuan-tuan mereka (Yoh. 12:26). Meninggikan nama-Nya dan menyerukan pujian bagi Kristus yang mahamulia, inilah tugas kita.
- (2) Orang-orang yang menanti-nantikan Kristus dan kedatangan-Nya yang kedua kali. Sebagai umat Kristen, kita bukan hanya mengaku dan mencari Kristus, tetapi juga mengasihi dan merindukan kedatangan-Nya, serta bertingkah laku sepenuhnya sesuai dengan pengakuan kita itu. Kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan pusat, tempat semua arah kehidupan beragama kita bertemu, dan padanya seluruh kehidupan ibadah kita selalu merujuk dan mengarah.
- . Perhatian utama mereka adalah memiliki terang di tangan mereka ketika sedang melayani mempelai laki-laki itu. Dengan demikian mereka dapat menghormati dan melayani Dia. Perhatikanlah, orang-orang Kristen adalah anak-anak terang. Injil adalah terang, dan mereka yang menerimanya tidak boleh hanya diterangi saja, tetapi ia juga harus bercahaya seperti bintang-bintang, harus berpegang padanya (Flp. 2:15-16). Inilah keadaan pada umumnya.
- Sekarang, mengenai sepuluh gadis ini, dapat kita amati:
- (1) Sifat mereka yang berbeda, dengan disertai bukti dan petunjuk mengenai hal itu.
- [1] Sifat mereka adalah bahwa lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana (ay. 2). Dan, hikmat melebihi kebodohan, seperti terang melebihi kegelapan, begitulah kata Salomo, seorang hakim yang cakap (Pkh. 2:13). Perhatikanlah, di antara orang-orang yang memiliki pengakuan iman dan golongan kepercayaan yang sama pun sifat-sifat mereka bisa sangat berbeda dalam pandangan Allah. Orang-orang Kristen yang tulus adalah gadis-gadis yang bijaksana, sedangkan orang-orang munafik adalah gadis-gadis yang bodoh. Dalam perumpamaan lain, orang-orang ini diibaratkan seperti orang-orang bijaksana dan bodoh yang mendirikan rumah. Perhatikanlah, mereka memang benar-benar bijaksana atau bodoh dalam hal mengurus jiwa mereka. Agama yang sejati adalah kebijaksanaan yang sejati. Dosa merupakan kebodohan, khususnya dosa kemunafikan, karena orang-orang yang sungguh bodoh adalah mereka yang menganggap diri sendiri bijak, dan mereka ini sungguh para pendosa besar, karena berlaku seolah-olah orang jujur. Karena jumlah gadis yang bijaksana sama dengan gadis yang bodoh, beberapa orang mengamati betapa Kristus sangat tulus mengingini adanya keserasian (dikutip dari Uskup Agung Tillotson), seolah-olah Ia berharap bahwa jumlah orang percaya yang sejati mendekati jumlah orang munafik, atau setidaknya Ia mau mengajar kita untuk mengharapkan yang terbaik bagi orang-orang percaya sejati, bermurah hati dan penuh kasih memikirkan hal-hal yang baik bagi mereka. Dalam menilai diri sendiri, kita harus ingat bahwa sesaklah pintu dan sedikit orang yang mendapatinya, tetapi dalam menilai orang lain, kita harus ingat bahwa Pemimpin keselamatan kita membawa banyak orang kepada kemuliaan.
- [2] Bukti dari sifat ini bisa dilihat dalam hal yang sama yang dimintai dari mereka, dan dari hal inilah mereka dihakimi.
- Pertama, kebodohan yang dilakukan gadis-gadis bodoh itu adalah, mereka membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak (ay. 3). Mereka hanya memiliki cukup minyak untuk membuat pelita mereka menyala sesaat, untuk berpura-pura menunjukkan bahwa seolah-olah mereka ingin menyongsong mempelai laki-laki, tetapi tidak memiliki minyak dalam buli-buli mereka sebagai cadangan untuk ditambahkan ke dalam pelita seandainya mempelai laki-laki itu tertunda kedatangannya. Seperti itulah orang-orang munafik itu.
- . Mereka tidak mempunyai pegangan yang kokoh dalam hati mereka. Mereka memiliki pelita pengakuan di tangan mereka, tetapi mereka tidak memiliki pengetahuan yang sehat, sikap yang berakar dalam, dan ketetapan hati yang mantap di dalam hati mereka, yaitu hal-hal yang diperlukan untuk membawa mereka melewati pelayanan dan pencobaan zaman sekarang. Mereka bertindak di bawah pengaruh rangsangan dari luar yang tidak mengandung kehidupan rohani. Sama seperti seorang pedagang yang mulai berusaha tanpa memiliki persediaan barang dagang, atau seperti benih yang jatuh di tanah berbatu-batu, sehingga tidak berakar.
- . Mereka tidak memiliki pertimbangan tentang apa yang akan terjadi dan juga tidak memikirkan masa depan. Mereka membawa pelita hanya untuk dipamerkan pada saat sekarang, tetapi tidak membawa minyak sebagai persediaan. Ketidakpedulian menjadi kehancuran banyak orang percaya. Semua perhatian mereka hanya tertuju untuk memuji diri sendiri di hadapan sesama yang sekarang berhubungan dengan mereka, dan bukan untuk membuat diri mereka berkenan di hadapan Kristus yang akan muncul di hadapan mereka dalam kekekalan. Seolah-olah segala sesuatu akan beres dan baik-baik saja nanti bila keadaan saat kini juga sudah beres. Katakan kepada mereka tentang hal-hal yang masih belum terlihat sekarang, maka Anda akan menjadi seperti Lot yang berbicara kepada bakal menantu laki-lakinya dan dipandang sebagai orang yang berolok-olok saja. Mereka tidak mengumpulkan untuk masa selanjutnya, seperti bangsa semut, juga tidak mengumpulkan untuk waktu yang akan datang (1Tim. 6:19).
- Kedua, sifat bijak gadis-gadis yang bijaksana adalah bahwa mereka membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka (ay. 4). Mereka memiliki dasar pegangan yang baik di dalam hati mereka, yang akan memelihara dan menjaga pengakuan iman mereka.
- . Hati adalah buli-buli, dan kita harus bijak untuk selalu memenuhinya, karena dari perbendaharaan hati yang baik akan keluar barang yang baik, tetapi jika akar-akar itu menjadi busuk, maka kuntumnya akan beterbangan seperti abu.
- . Anugerah adalah minyak yang harus kita miliki di dalam buli-buli. Di dalam tabernakel selalu tersedia minyak yang dibuat untuk penerangan (Kel. 35:14). Terang kita harus bercahaya di depan orang dalam wujud perbuatan baik. Tetapi hal itu tidak akan terjadi atau tidak akan berlangsung lama, kecuali terdapat dasar kokoh yang giat dan tertanam di dalam hati, yaitu iman di dalam Kristus serta kasih kepada Allah dan sesama kita. Dari situlah kita harus bertindak dalam segala sesuatu yang kita kerjakan dalam kehidupan beragama kita, dengan pandangan yang tertuju pada apa yang ada di hadapan kita. Mereka yang membawa minyak dalam buli-buli mungkin memiliki anggapan bahwa mempelai laki-laki itu akan menunda kedatangannya. Perhatikanlah, dalam memandang ke depan, akan baik sekali bila kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang terburuk, menyimpan cukup persediaan untuk menghadapi masa yang panjang dan sulit. Tetapi ingatlah bahwa minyak yang membuat pelita itu tetap menyala haruslah diambil dari kandil Yesus Kristus, Sang Pohon Zaitun yang besar dan baik, melalui pipa-pipa emas peraturan, seperti yang digambarkan dalam penglihatan Zakharia itu (Za. 4:2, 3,12), dan yang dijelaskan dalam Yohanes 1:16, dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia.
- (2) Kesalahan semua gadis itu selama mempelai laki-laki terlambat datang: maka mengantuklah mereka semua lalu tertidur (ay. 5).
- Perhatikan baik-baik di sini:
- [1] Mempelai laki-laki menunda kedatangannya. Dengan perkataan lain, ia tidak segera datang seperti yang mereka harapkan. Apa yang kita cari sebagai kepastian, cenderung kita sangka sebagai sesuatu yang sudah sangat dekat. Pada zaman para rasul, banyak orang membayangkan bahwa hari Tuhan sudah dekat, tetapi tidak demikian halnya. Bagi kita, Kristus tampaknya berlambat-lambat, tetapi sebenarnya Ia tidak akan bertangguh (Hab. 2:3). Terdapat sejumlah alasan yang baik bagi penundaan mempelai laki-laki itu, antara lain, ada banyak rencana dan tujuan yang masih perlu diselesaikan, semua orang pilihan harus dipanggil, kesabaran Allah harus dinyatakan, kesabaran orang-orang kudus harus diuji, penuaian di bumi harus dimatangkan, dan begitu juga penuaian di sorga. Tetapi, walaupun Kristus menunda sampai melampaui waktu kita, Ia tidak akan menunda melampaui waktu yang sudah ditetapkan.
- [2] Ketika Kristus lama tidak datang-datang juga, mereka yang menanti-nantikan Dia mulai menjadi ceroboh dan melupakan apa yang mereka nanti-nantikan. Mengantuklah mereka semua lalu tertidur, seolah-olah mereka menghentikan upaya mencari Dia, seperti yang dikatakan, "Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk. 18:8). Mereka yang merasa pasti bahwa kedatangan-Nya itu bersifat tiba-tiba dan menemukan bahwa hal ini tidak terjadi, cenderung merasa tidak pasti lagi mengenai kedatangan-Nya. Gadis-gadis bijaksana itu mengantuk dan gadis-gadis yang bodoh tertidur, begitulah kata beberapa orang yang membedakan keadaan mereka. Namun, bagaimanapun, mereka semuanya bersalah. Gadis-gadis bijaksana itu tetap membiarkan lampu mereka menyala, tetapi mereka tidak berusaha membuat diri sendiri tetap terjaga. Perhatikanlah, ada terlampau banyak orang Kristen yang baik, ketika sudah lama menjalani pengakuan iman mereka, menjadi lengah dalam persiapan mereka menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kali. Mereka menghentikan sementara kepedulian mereka, mengurangi kerajinan mereka, karunia-karunia mereka tidak hidup seperti dahulu lagi, dan pekerjaan mereka juga tidak sempurna di hadapan Allah. Meskipun tidak semua kasih mereka hilang, tetapi kasih yang mula-mula telah ditinggalkan. Kalau untuk berjaga selama satu jam saja bersama Kristus sudah terasa berat bagi para murid, apalagi kalau berjaga untuk selama hidup kita. Aku tidur, kata mempelai perempuan, tetapi hatiku bangun. Perhatikan baik-baik:
- Pertama, mereka mengantuk, kemudian mereka tertidur. Lihatlah, sedikit kecerobohan dan kelalaian bisa membuka jalan bagi kecerobohan dan kelalaian berikutnya. Mereka yang membiarkan diri mereka mengantuk, akan sangat sulit mencegah diri dari tertidur. Oleh karena itu, waspadailah awal kebusukan rohaniah; Venienti occurrite morbo -- Perhatikanlah gejala-gejala awal penyakit. Orang-orang zaman dahulu pada umumnya mengartikan keadaan mengantuk dan tertidurnya gadis-gadis ini sebagai kematian mereka. Semua orang akan mati, baik yang mempunyai hikmat maupun yang bodoh dan dungu (Mzm. 49:11), sebelum hari penghakiman. Demikianlah yang dikatakan Ferus, Antequam veniat sponsus omnibus obdormiscendum est, hoc est, moriendum -- Sebelum Mempelai Laki-laki datang, semua harus tidur, artinya, meninggal. Calvin juga berpendapat demikian. Tetapi saya berpendapat lebih baik jika hal ini kita pahami apa adanya seperti yang sudah dijelaskan di atas.
- (3) Seruan yang mengejutkan mereka untuk melayani mempelai laki-laki (ay. 6), Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Perhatikanlah:
- [1] Meskipun Kristus lama tidak datang-datang, akhirnya Ia akan datang juga. Meskipun Ia tampak lamban, Ia pasti datang. Kedatangan-Nya yang pertama juga terasa lama bagi mereka yang menantikan penghiburan bagi Israel, tetapi ketika waktunya telah genap, Ia datang juga. Begitu juga kedatangan-Nya yang kedua kali, meskipun lama ditunda, hari itu tidak akan dilupakan. Musuh-musuh-Nya akan menderita kerugian karena mereka tidak mengenal arti kesabaran, sedangkan sahabat-sahabat-Nya akan menemukan penghiburan, sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu. Tahun penuntutan bela telah ditetapkan, dan akan tiba.
- [2] Kedatangan Kristus akan terjadi pada tengah malam, ketika kita kurang mencari Dia, dan lebih suka beristirahat. Kedatangan-Nya untuk menolong dan menghibur umat-Nya sering terjadi tatkala tampaknya kebaikan sudah sangat jauh, sedangkan kedatangan-Nya untuk membuat perhitungan dengan musuh-musuh-Nya akan terjadi ketika mereka menganggap jauh hari malapetaka dari mereka. Pembunuhan anak-anak sulung di tanah Mesir dan penyelamatan bangsa Israel terjadi pada tengah malam (Kel. 12:29). Kematian sering datang pada saat yang tidak disangka-sangka, jiwa orang bodoh itu diambil pada malam hari (Luk. 12:20). Kristus akan datang pada saat Ia berkenan, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Ia tidak akan memberi tahu kita waktunya, untuk mengajar kita agar tetap setia pada tugas-tugas kita.
- [3] Ketika Kristus datang, kita harus menyongsong Dia.
- Sebagai umat-Nya kita harus mengikuti semua gerakan Tuhan Yesus, dan menjumpai Dia kapan pun dan di mana pun. Ketika Ia datang kepada kita pada saat kematian, kita harus keluar dari tubuh kita, keluar dari dunia ini, untuk menyongsong Dia dengan penuh kasih sayang dan jiwa yang siap sesuai dengan harapan kita untuk berkenan bagi Dia. Songsonglah Dia merupakan seruan bagi mereka yang suka mempersiapkan diri dan benar-benar siap.
- [4] Pemberitahuan kedatangan Kristus dan seruan untuk menyongsong-Nya akan membuat orang terjaga, terdengarlah suara orang berseru. Kedatangan-Nya yang pertama tidak diketahui orang sama sekali, juga tidak ada yang berseru, Lihat, Mesias ada di sini, atau, Mesias ada di sana. Ia telah ada di dalam dunia ini, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Tetapi kedatangan-Nya yang kedua akan diketahui oleh seluruh dunia, Setiap mata akan melihat Dia. Akan ada seruan dari sorga, karena Tuhan sendiri akan turun dengan seruan "Bangkitlah kamu yang mati, dan datanglah pada hari penghakiman. Juga akan ada seruan dari bumi, seruan kepada gunung-gunung dan batu-batu karang" (Why. 6:16)
- (4) Tanggapan mereka terhadap seruan itu (ay. 7), Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka, memadamkan pelita masing-masing dan mengisinya dengan minyak dan cepat-cepat pergi untuk menyambut sang mempelai laki-laki.
- Sekarang:
- [1] Melalui gadis-gadis bijaksana ini, kita melihat bagaimana persiapan yang seharusnya dibuat untuk menyongsong kedatangan mempelai laki-laki. Perhatikanlah, karena sifat kematian yang selalu datang dengan tiba-tiba, maka bahkan mereka yang telah mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin untuk menyongsong kematian itu pun harus tetap berusaha sebaik mungkin agar mereka benar-benar siap, supaya mereka kedapatan dalam perdamaian dengan Dia (2Ptr. 3:14), didapati melakukan tugas (Mat. 24:46), dan tidak kedapatan telanjang (2Kor. 5:3). Hari itu akan menjadi hari penyelidikan dan pemeriksaan, dan karena itu kita harus peduli memikirkan bagaimana keadaan kita nanti. Ketika kita melihat hari itu semakin mendekat, kita harus mengarahkan diri dengan sungguh-sungguh pada soal kematian kita, memperbarui pertobatan kita terhadap dosa, kesepakatan kita terhadap perjanjian, perpisahan kita dengan dunia ini, dan jiwa kita harus keluar menuju Allah dengan kerinduan yang pantas.
- [2] Melalui gadis-gadis yang bodoh ini, perumpamaan ini menunjukkan betapa sia-sianya keyakinan yang berlebihan itu, betapa sia-sianya mereka menyombongkan bahwa keadaan mereka baik dan bahwa mereka telah siap bagi dunia lain. Perhatikanlah, bahkan anugerah yang palsu pun akan dipakai orang untuk pamer diri ketika sedang menghadapi kematian, seperti yang telah biasa mereka lakukan sepanjang kehidupan mereka. Harapan orang munafik akan menyala terang menjelang kematian mereka, seperti kilat sebelum kematian.
- (5) Kesulitan yang dihadapi oleh gadis-gadis bodoh karena kekurangan minyak (ay. 8-9).
- Hal ini menunjukkan:
- [1] Kekalutan sebagian orang munafik ketika menghadapi keadaan mereka yang menyengsarakan, bahkan saat menjelang kematian, ketika Allah membuka mata mereka untuk melihat kebodohan mereka dan melihat mereka sendiri binasa dengan dusta yang menjadi pegangannya. Atau, bagaimanapun juga,
- [2] Hal ini menunjukkan keadaan sesungguhnya dari kesengsaraan yang akan mereka jumpai di seberang kematian sana ketika mereka dihakimi. Betapa palsunya pengakuan iman mereka itu sampai tidak dapat menolong mereka dari segala sesuatu pada hari yang mulia itu. Lihatlah apa yang terjadi.
- Pertama, pelita mereka padam. Pelita orang-orang munafik sering kali padam dalam kehidupan ini. Ketika mereka yang telah memulai dalam Roh mengakhirinya di dalam daging, maka kemunafikan akan muncul dalam bentuk kemurtadan yang seterang-terangnya (2Ptr. 2:20). Iman pengakuan mereka memudar, nilainya hilang, harapan gagal, dan tidak ada penghiburan lagi. Betapa seringnya pelita orang fasik dipadamkan? (Ayb. 21:17). Meskipun banyak orang munafik menjaga nama baik dan kebahagiaan mereka sampai akhir hayat, tetapi apa arti semua itu kalau Allah menuntut nyawanya? (Ayb. 27:8). Jika terang orang fasik tidak dipadamkan di hadapannya, tentu akan dipadamkan di dalam dirinya (Ayb. 18:5-6). Sesungguhnya mereka akan berbaring di tempat siksaan (Yes. 50:11). Hasil pengakuan yang munafik tidak akan berguna pada hari penghakiman (Mat. 7:22-23). Pelita orang fasik dipadamkan ketika harapan mereka terbukti seperti benang laba-laba (Ayb. 8:11 dst.), dan yang masih diharapkan mereka hanyalah menghembuskan napas (Ayb. 11:20), seperti bagal Absalom yang terus berlari meninggalkan dia tersangkut di pohon tarbantin.
- Kedua, mereka menginginkan minyak untuk digunakan ketika pelita mereka mulai padam. Perhatikanlah, mereka yang kekurangan anugerah sejati, pada suatu saat nanti pasti menyadari kekurangan mereka. Pengakuan yang hanya di kulit luar akan sangat menyenangkan hati dan mungkin mampu membawa orang berjalan cukup jauh, tetapi tidak akan membawa dia terus sampai akhir. Mungkin pelita itu akan menerangi perjalanan kehidupan di dunia ini, tetapi kabut lembah dari bayangan kematian akan memadamkannya.
- Ketiga, dengan gembira mereka minta tolong kepada gadis-gadis bijaksana itu untuk berbagi minyak dari buli-buli mereka, Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu. Waktunya akan datang ketika orang-orang duniawi yang munafik akan melihat sendiri bagaimana tampaknya keadaan orang-orang Kristen sejati. Mereka yang sekarang membenci keketatan kehidupan beragama, pada saat kematian dan penghakiman nanti akan sungguh merindukan penghiburan penuh atas keadaan yang mereka hadapi saat itu. Mereka yang hidup ceroboh dalam menjalani kehidupan ini, sekarang ingin mati seperti kematian orang benar. Waktunya akan datang ketika orang-orang yang sekarang melecehkan kerendahan hati penyesalan dosa orang-orang kudus, dengan mudah akan tertarik untuk mengikuti dan menghargai orang-orang kudus itu sebagai sahabat karib dan penolong, yang sekarang ini mereka tempatkan bersama-sama dengan anjing penjaga kambing domba mereka. Menurut beberapa orang, ungkapan Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu berarti, "Tolong berbicaralah yang baik-baik demi kami." Tetapi tidak akan ada manusia yang bisa menjadi penjamin pada hari yang mulia itu, karena Sang Hakim mengetahui bagaimana watak setiap orang yang sebenarnya. Bukankah bagus ketika mereka terdorong untuk berkata, "Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu?"
- Memang, itu baik, tetapi:
- . Permintaan ini dilakukan karena mereka terpaksa merasa perlu pada saat itu. Perhatikanlah, kebutuhan akan anugerah itu baru mereka lihat tatkala mereka tahu bahwa anugerah itu akan menyelamatkan mereka. Namun, sebelum itu mereka tidak mau melihat kebutuhan akan anugerah ketika anugerah itu mau menguduskan dan memerintah atas mereka.
- . Semua sudah terlambat. Allah hanya akan memberikan minyak jika mereka memintanya pada saat yang tepat. Mereka tidak dapat membeli lagi saat pasar telah usai, tidak ada jual beli lagi ketika keadaan menjadi gelap.
- Keempat, teman-teman mereka tidak mau berbagi minyak dengan mereka. Penolakan orang-orang baik ini merupakan tanda penolakan Allah yang menyedihkan terhadap mereka. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak. Penolakan yang langsung ini sebenarnya tidak ada dalam teks kitab Matius yang asli, tetapi ditambahkan oleh para penerjemah, karena (seperti yang dilakukan orang kebanyakan) gadis-gadis bijaksana ini pasti lebih memilih untuk memberikan sebuah alasan tanpa langsung menjawab tidak, daripada menjawab tidak dan tidak menyertakan alasannya. Mereka ingin menolong sesama mereka yang sedang dalam kesulitan, tetapi, mereka tidak boleh, mereka tidak dapat, mereka tidak berani melakukannya, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Kita memang harus bermurah hati terhadap orang lain, tetapi kita juga perlu ingat akan kebutuhan diri sendiri. Jadi, lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli sendiri.
- Perhatikanlah:
- . Orang-orang yang ingin diselamatkan harus memiliki anugerah sendiri. Meskipun kita memperoleh manfaat dari persekutuan dengan orang-orang kudus, serta dari iman dan doa mereka yang sekarang bisa membantu kita, namun pengudusan kita sendiri sangat diperlukan untuk keselamatan kita sendiri. Orang benar akan hidup oleh iman. Setiap orang akan memberi pertanggungjawaban tentang dirinya sendiri, dan karena itu baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, karena ia tidak dapat mengerahkan orang lain pada waktu itu.
- . Orang-orang yang memiliki anugerah terbanyak tidak memiliki apa-apa untuk disisihkan. Semua yang kita miliki tidak cukup bagi diri kita sendiri untuk berdiri di hadapan Allah. Orang-orang yang terbaik perlu meminjam dari Kristus, tetapi mereka tidak memiliki apa-apa untuk dipinjamkan kepada sesama mereka. Kita tidak bisa mengharapkan kebenaran atau kekudusan orang-orang kudus akan menyelamatkan kita, sebaliknya kita harus belajar dari hikmat gadis-gadis bijaksana, bahwa mereka memiliki minyak tetapi hanya cukup bagi diri mereka sendiri dan tidak bagi orang lain. Juga, perhatikan baik-baik, gadis-gadis bijaksana ini tidak mencela kebodohan gadis-gadis yang lalai ini, juga tidak menyombongkan kemampuan mereka untuk memprakirakan apa yang akan terjadi, atau menyusahkan mereka dengan saran yang dapat membuat mereka putus asa, tetapi memberikan saran terbaik untuk menyelesaikan masalah, Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak. Perhatikanlah, orang-orang yang melakukan kebodohan bagi jiwa mereka harus dikasihani dan bukannya dilecehkan, sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Ketika mendampingi orang yang sedang sekarat, yang telah menyia-nyiakan Allah dan jiwa mereka sepanjang hidupnya, para pelayan Tuhan harus mengarahkan orang itu untuk bertobat dan berpaling kepada Allah, supaya dia bisa berpulang bersama Kristus, karena tidak ada kata terlambat untuk pertobatan sejati. Namun demikian, pertobatan sejati itu sering datang terlambat, dan orang yang demikian akan mendapat apa yang dilakukan oleh gadis-gadis bijaksana itu kepada yang bodoh, yaitu melakukan apa yang terbaik sebisa mungkin dari yang buruk. Mereka hanya dapat mengatakan apa yang harus dilakukan, kalau belum terlambat. Tetapi, bahayanya sungguh tak terkatakan, karena tidak pasti apakah pintu masih terbuka atau tidak ketika mereka sampai. Sebenarnya nasihat itu baik, bila dilakukan pada saat yang tepat, Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Mereka yang menginginkan anugerah harus mencari sumbernya dan meminta sarana-sarana anugerah itu (Yes. 55:1).
- (6) Kedatangan mempelai laki-laki dan masalah perbedaan watak gadis-gadis bijaksana dan bodoh. Lihatlah apa yang terjadi.
- [1] Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu. Perhatikanlah, mereka yang menunda-nunda pekerjaan besar dalam kehidupan mereka sampai saat terakhir, besar kemungkinan tidak akan memiliki waktu untuk melakukannya. Memperoleh anugerah adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu dan tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa. Sementara jiwa malang yang tergeletak di atas ranjang sakit itu dibangunkan untuk bertobat dan berdoa, kebingungan yang mengerikan melanda dia, karena tidak tahu harus mulai dari mana atau apa yang harus dilakukan terlebih dulu, dan tiba-tiba datanglah kematian itu, datanglah penghakiman, maka tidak tuntaslah apa yang sedang dikerjakan dan binasalah jiwa yang malang itu selama-lamanya. Inilah yang akan terjadi ketika kita harus pergi membeli minyak sementara kita sudah harus menyalakan pelitanya sekarang; kita pergi mencari anugerah, sementara kita harus menggunakannya sekarang. Datanglah mempelai itu. Perhatikanlah, Tuhan Yesus kita akan datang kepada umat-Nya pada hari yang mulia itu seperti seorang Mempelai Laki-laki. Ia akan datang dalam kemegahan dan pakaian yang mewah, diiringi oleh sahabat-sahabat-Nya. Sekarang Mempelai itu diambil dari kita, dan kita berpuasa (Mat. 9:15), tetapi nanti akan ada sebuah perayaan abadi. Kemudian Mempelai itu akan menjemput pengantin perempuan-Nya, untuk berada di mana pun Ia berada (Yoh. 17:24), dan akan Ia bergirang hati melihat mempelai perempuan-Nya (Yes. 62:5).
- [2] Mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan Dia ke ruang perjamuan kawin.
- Perhatikanlah:
- Pertama, dipermuliakan selama-lamanya berarti pergi bersama Kristus ke ruang perjamuan kawin, berada dalam kehadiran-Nya yang tiba-tiba, serta berada dalam persekutuan dan hubungan yang paling akrab dalam keadaan perhentian, sukacita, dan kelimpahan kekal.
- Kedua, mereka, dan hanya mereka saja yang kemudian akan pergi ke sorga, yaitu mereka yang telah mempersiapkan diri untuk sorga selama berada di dunia ini, yang dipersiapkan untuk hal itu (2Kor. 5:5).
- Ketiga, kematian yang datang tiba-tiba, dan dengan demikian kedatangan Kristus kepada kita, tidak akan menjadi halangan bagi kebahagiaan kita, kalau kita sudah terbiasa mempersiapkan diri.
- [3] Lalu pintu ditutup, seperti yang biasa dilakukan ketika semua tamu telah hadir, yaitu mereka yang akan diakui. Lalu pintu ditutup.
- Pertama, untuk mengamankan mereka yang berada di dalam, yang sekarang dijadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah kita, dan mereka tidak akan keluar lagi (Why. 3:12). Adam ditempatkan di dalam taman Eden, tetapi pintunya dibiarkan tetap terbuka dan ia pergi keluar lagi. Tetapi, ketika orang-orang kudus yang dipermuliakan ditempatkan di Taman Firdaus sorgawi, pintunya ditutup.
- Kedua, untuk memisahkan mereka yang berada di luar. Keadaan orang-orang kudus dan orang-orang berdosa akan tidak dapat diubah lagi, dan mereka yang berada di luar tetap akan berada di luar selama-lamanya. Sekarang pintu itu sempit, namun tetap terbuka, tetapi nanti akan ditutup dan dikunci, dan akan terbentang jurang yang tak terseberangi. Hal ini sama seperti tertutupnya pintu bahtera ketika Nuh telah berada di dalamnya, sehingga ia diselamatkan dan semua orang lainnya ditinggalkan.
- [4] Gadis-gadis bodoh itu datang ketika semuanya telah terlambat (ay. 11), Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu.
- Perhatikanlah:
- Pertama, ada banyak orang yang akan berusaha masuk ke sorga ketika semuanya sudah terlambat. Sama seperti Esau yang duniawi ditolak, ketika ia hendak menerima berkat itu. Allah dan agama akan dipermuliakan oleh permohonan-permohonan yang terlambat itu, meskipun demikian orang-orang berdosa tidak akan diselamatkan karena itu. Permohonan doa yang sungguh-sungguh dan mendesak untuk menghormati Tuan, Tuan, yang sekarang diremehkan orang-orang, akan segera digunakannya dan doa itu tidak akan disebut sebagai doa orang yang berbicara dengan merengek-rengek.
- Kedua, keyakinan orang-orang munafik yang sebenarnya sia-sia itu akan membawa mereka sangat jauh dari harapan kebahagiaan mereka. Mereka berharap dapat pergi ke gerbang sorga, meminta agar diperbolehkan masuk, dan ternyata pintu itu tertutup bagi mereka. Mereka menuju sorga dengan membawa kesombongan mereka bahwa keadaan mereka baik-baik saja, tetapi ini justru menghempaskan mereka ke neraka.
- [5] Mereka ditolak, seperti halnya Esau (ay. 12), aku tidak mengenal kamu. Perhatikanlah, kita semua harus peduli mencari Tuhan selama Ia berkenan ditemui, karena akan tiba saatnya Ia tidak berkenan ditemui. Saatnya ialah ketika mereka berseru, "Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu," dengan mengingat janji, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Tetapi sekarang semua sudah terlambat. Hukuman itu dinyatakan dengan sungguh-sungguh, Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, yang sama saja dengan bersumpah dalam murka-Nya, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa Tuhanlah yang memutuskan dan membungkam mereka dengan perkataan itu.
- Terakhir, inilah pelajaran yang ditarik dari perumpamaan ini (ay. 13), karena itu, berjaga-jagalah. Perkataan ini telah kita baca sebelumnya (Mat. 24:42), dan di sini diulangi sebagai peringatan yang perlu mendapat perhatian kita.
- Perhatikanlah:
- . Tugas kita yang utama adalah berjaga-jaga, menjaga baik-baik jiwa kita dengan rajin dan berhati-hati. Bangunlah dan berjaga-jagalah.
- . Alasan yang baik untuk berjaga-jaga adalah karena kedatangan Tuhan kita sangat tidak menentu, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya. Oleh karena itu, setiap hari dan setiap saat kita harus siap sedia dan tidak menghentikan kesiagaan kita pada hari apa pun dalam setahun, atau jam apa pun dalam sehari. Tetapi takutlah engkau akan Tuhan setiap hari dan senantiasa.
SH: Mat 25:1-13 - Gadis-gadis sahabat pengantin. (Sabtu, 18 April 1998) Gadis-gadis sahabat pengantin.
Bukan saja pada zaman itu pasangan mempelai meminta para sahabatnya untuk mengiringinya, kini pun masih terjadi. Tugas...
Gadis-gadis sahabat pengantin.
Bukan saja pada zaman itu pasangan mempelai meminta para sahabatnya untuk mengiringinya, kini pun masih terjadi. Tugas seperti itu tentu merupakan suatu kepercayaan besar dan kehormatan. Bisa dimengerti bahwa para gadis yang tidak sungguh mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut sang mempelai adalah para sahabat yang sangat tidak bertanggungjawab.
Murid sejati, murid palsu. Berulangkali Tuhan memperingatkan para pengikut-Nya, agar menguji diri bahwa mereka sungguh adalah pengikut-Nya yang sejati. Sejak permulaan Injil Matius, kita sudah diberikan berbagai perumpamaan. Antara lain: jalan lebar jalan sempit, bangunan atas karang bangunan atas pasir, dlsb. Kini murid sejati diwakili oleh para gadis yang cerdik berjaga-jaga, para murid palsu diwakili oleh para gadis bodoh yang tak berbekal dan terlena.
Surga hanya bagi murid sejati. Kebahagiaan surgawi yang Tuhan janjikan hanya berlaku bagi murid sejati. Murid palsu akan ditolak Tuhan masuk ke dalam hukuman kekal. Sebelum terlambat, pastikan bahwa Anda sungguh murid Yesus!
Renungkan: Agar dapat bersiap menantikan Tuhan, banyak hal yang harus kita tolak dari hidup kita.
SH: Mat 25:1-13 - Siap sedia, berjaga-jaga selalu, jangan lengah (Senin, 2 April 2001) Siap sedia, berjaga-jaga selalu, jangan lengah
Digambarkan dalam perumpamaan ini bahwa mempelai laki-
laki akan datang pada waktu yang tidak disangk...
Siap sedia, berjaga-jaga selalu, jangan lengah
Digambarkan dalam perumpamaan ini bahwa mempelai laki- laki akan datang pada waktu yang tidak disangka-sangka. Mempelai laki-laki menuntut gadis-gadis telah siap sedia kapan saja dengan perlengkapan lengkap agar sewaktu-waktu ia datang, para gadis segera menyambutnya dapat pergi bersama dia masuk ke perjamuan kawin. Gadis- gadis harus tahu apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan dan memperlengkapi dirinya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Meski waktu kedatangan sang mempelai laki-laki tidak diketahui, gadis-gadis itu harus terus berjaga-jaga dan siap siaga. Pelita dan minyak yang dipakai untuk menggambarkan kesiapan para gadis adalah semacam obor yang perlu setiap lebih kurang 15 menit dituangi minyak zaitun agar tetap menyala. Ketika mempelai laki-laki datang, mereka dapat ikut dalam prosesi mempelai laki-laki ke perjamuan tanpa kekurangan minyak.
Perumpamaan ini mengajarkan tentang apa yang terjadi saat Tuhan Yesus datang kembali menjemput murid-murid untuk dibawa masuk kedalam kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai mempelai laki-laki yang kedatangan-Nya terjadi secara tiba-tiba. Ia hanya akan membawa gadis-gadis yakni jemaat-Nya yang siap sedia. Bagi yang tidak mempersiapkan diri tidak ada kesempatan untuk berbenah. Segera pintu ruang perjamuan ditutup dan tidak akan dibuka kembali.
Menjadi-gadis-gadis bijaksana adalah tanggung jawab setiap
Kristen. Pelita harus tetap menyala saat mereka
berjalan dalam prosesi ke perjamuan. Untuk itu perlu
mempersiapkan dan memperlengkapi diri. Dalam
perumpamaan-perumpamaan yang mendahului (
Renungkan: Hiduplah sebagai 'mempelai perempuan' yang siap sedia seolah-olah sang mempelai laki-laki datang pada hari ini.
SH: Mat 25:1-13 - Pola hidup siaga (Sabtu, 12 Maret 2005) Pola hidup siaga
Kebiasaan buruk "baru bertindak" jika keadaan sudah menjadi
genting sudah makin membudaya. Undang-Undang Antiteroris
diben...
Pola hidup siaga
Kebiasaan buruk "baru bertindak" jika keadaan sudah menjadi
genting sudah makin membudaya. Undang-Undang Antiteroris
dibentuk setelah peristiwa bom Bali. Komisi Pemberantasan
Korupsi dibentuk setelah negara dirugikan triliunan rupiah,
dlsb. Kebiasaan ini membuat orang terlena dan berakibat fatal.
Jauh lebih fatal bila sikap itu menyangkut hal yang menentukan
nasib kekal orang.
Perumpamaan ini berbicara tentang Kerajaan Surga (ayat 1), dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia kelak (ayat 13). Keadaan manusia dalam evaluasi Tuhan kelak terbagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang seperti gadis yang cerdas (ayat 4,7) dan kelompok yang mirip gadis yang bodoh (ayat 3,8). Yang cerdas diizinkan ambil bagian dalam pesta sang pengantin sebab meski ada penundaan mereka telah menyiapkan agar pelita mereka tetap menyala. Karena mereka tanggap terhadap Yesus dan berjaga-jaga merindukan kedatangan-Nya, mereka akan disambut oleh Yesus ketika Ia datang kembali untuk menggenapkan Kerajaan Surga. Sebaliknya, mereka yang tidak tanggap dan tidak siaga akan ditolak (ayat 11,12).
Kerajaan Surga datang di dalam dan melalui hidup, ajaran, dan perbuatan Yesus (lihat Mat. 4:17). Kelak pada kedatangan-Nya kedua kali Yesus akan merampungkan pewujudan Kerajaan Surga dan menentukan siapa yang layak berbagian di dalamnya. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya pasti akan memiliki sikap rindu berjumpa dengan-Nya. Pengharapan tersebut seharusnya meujud di dalam sikap hidup sehari-hari. Sikap siaga menantikan kedatangan Tuhan yang digambarkan sebagai membawa minyak cukup, dituntut Tuhan dari orang Kristen. Justru karena masa kini orang makin tidak peduli terhadap kebenaran dan makin mengabaikan soal kedatangan Tuhan, perumpamaan ini patut mengembalikan kita ke siaga penuh.
Doaku: Tuhan, firman-Mu ini menyentak daku dari keterlenaan. Kiranya kasih karunia-Mu memberiku hati yang rindu berjumpa Engkau.
SH: Mat 25:1-13 - Siap sedia (Senin, 22 Maret 2010) Siap sedia
Matius pasal 25 menceritakan tiga perumpamaan tentang Kerajaan Sorga
dan penghakiman di Akhir Zaman. Perumpamaan yang pertama intinya...
Siap sedia
Matius pasal 25 menceritakan tiga perumpamaan tentang Kerajaan Sorga dan penghakiman di Akhir Zaman. Perumpamaan yang pertama intinya adalah berjaga-jaga agar saat Yesus datang kembali, umat Tuhan sudah siap. Kesiapan umat Tuhan itu diwakili oleh lima gadis yang bijaksana. Mereka mempersiapkan diri dengan matang, dengan membawa pelita serta minyak cadangan. Sedangkan gadis-gadis yang bodoh hanya persiapan seadanya, yaitu membawa pelita saja. Kedua kelompok gadis ini sedang menantikan mempelai pria (ay. 1). Pada saat mereka semua sedang menanti, memang tidak tampak perbedaan antara yang bijak dan yang bodoh. Baru pada saat mempelai pria menjelang tiba, saat yang tak seorang pun bisa mengetahuinya sebelumnya, terlihatlah siapa bijak, siapa bodoh.
Saat mempelai pria tiba, tiba pula giliran gadis-gadis itu menyambut mempelai pria dan masuk ke ruang perjamuan kawin. Di situlah terlihat ketidaksiapan gadis-gadis yang bodoh. Tanpa minyak cadangan, mereka tidak bisa menyambut sang mempelai pria. Sementara mereka membeli minyak tersebut, mempelai pria sudah datang dan hanya kelima gadis bijak yang menyambut dia dan bersama-sama masuk ke perjamuan kawin tersebut.
Mewakili siapakah lima gadis bodoh itu? Tentu orang-orang yang dalam hidup ini tidak memikirkan kekekalan, hanya sibuk dengan urusan duniawi. Saat Yesus datang kembali, mereka sama sekali tidak siap. Mereka tidak bisa menyambut Dia dan akan ditinggalkan. Merekalah yang menerima penghakiman terakhir.
Apa pelajaran dari perumpamaan ini? Berjaga-jaga! Yesus dapat datang sewaktu-waktu. Bila saat itu tiba, tidak ada kesempatan kedua. Mereka yang tidak siap harus menanggung akibat kekal. Sejauh manakah Anda telah mempersiapkan diri di dalam menyambut hari penghakiman Tuhan? Apakah Anda telah memiliki fokus yang kuat dan persiapan yang cermat untuk hari kedatangan-Nya?
SH: Mat 25:1-13 - Kesiapan sebagai wujud kesetiaan (Senin, 18 Maret 2013) Kesiapan sebagai wujud kesetiaan
Apa yang membedakan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana yang dipakai Yesus dalam perumpamaan ini? Apakah lima ...
Kesiapan sebagai wujud kesetiaan
Apa yang membedakan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana yang dipakai Yesus dalam perumpamaan ini? Apakah lima gadis bijaksana lebih tahu kapan sang mempelai laki-laki datang? Apakah karena mereka tidak tertidur? Apakah mereka membawa pelita yang lebih baik dibanding yang lainnya? Ternyata tidak! keduanya sama-sama tidak tahu kapan mempelai itu datang. Mereka sama-sama tertidur (5); Mereka sama-sama setia menanti kedatangan sang mempelai; sama-sama kaget ketika mendengar mempelai datang (6-7). Pelita yang dibawa kelima gadis bijaksana sama saja dengan pelita yang dibawa kelima gadis lainnya. Lalu apa yang membedakannya? Kelima gadis bijaksana tidak hanya membawa pelita mereka, tetapi mereka juga mempersiapkan minyak tambahannya.
Peristiwa penyambutan mempelai laki-laki bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka tahu bahwa sang mempelai laki-laki akan datang di malam hari, tetapi waktu kedatangannya tersebut tidak diketahui. Mereka tahu bahwa ada kemungkinan mempelai laki-laki datang cepat, tetapi bisa juga datang lebih lambat. Sebagai orang yang sudah tahu akan situasi seperti ini, pasti akan dengan bijaksana mempersiapkan minyak tambahan yang dibutuhkan agar ketika sang mempelai datang, pelita mereka tetap menyala. Tidak demikian dengan kelima gadis yang bodoh itu. Mereka disebut bodoh bukan karena mereka tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman menanti kedatangan sang mempelai. Mereka tahu, tetapi mereka tidak menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Persiapannya hanya ala kadarnya dan bukan persiapan yang terbaik.
Tak seorang pun tahu kapan Tuhan datang. Yang kita tahu adalah Tuhan pasti datang. Kesiapan diri yang baik dalam menyambut kedatangan Tuhan adalah cermin dari kesetiaan. Hanya menantikan dengan setia dalam arti sabar menanti dan tidak mempersiapkan diri dengan baik adalah sia-sia. Kesetiaan perlu diwujudkan dalam sikap hidup yang konkret. Bukankah kita ingin seperti lima gadis bijaksana yang masuk ke dalam pesta perjamuan Tuhan?
SH: Mat 25:1-13 - Berlaku Bijaksana (Kamis, 30 Maret 2017) Berlaku Bijaksana
Yesus melanjutkan topik kedatangan-Nya yang tak terduga melalui perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh (2). Tugas ut...
Berlaku Bijaksana
Yesus melanjutkan topik kedatangan-Nya yang tak terduga melalui perumpamaan lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh (2). Tugas utama mereka adalah menyambut mempelai pria dengan pelita yang menyala (1). Agar pelita tetap menyala, hanya lima gadis yang membawa persediaan minyak (4), sedangkan kelima gadis lainnya tidak menyiapkan cadangan minyak (3). Karena Sang Mempelai belum tiba dan malam semakin larut, tanpa disadari rasa kantuk mulai menyerang (5).
Saat tengah malam tiba, kesepuluh gadis tersebut terbangun oleh seruan bahwa Si Mempelai sudah tiba (6). Hal pertama yang menjadi pusat perhatian mereka adalah pelita (7). Kelihatannya pelita kelima gadis bodoh hampir padam dan mereka berupaya untuk mencari minyak. Sedangkan kelima gadis bijaksana tidak panik sebab cadangan minyak yang mereka bawa masih mencukupi (8-9). Ketika mempelai tiba, hanya lima gadis bijaksana yang diperkenan masuk ke ruang perjamuan (10), sedangkan kelima gadis bodoh yang terlambat ditolak oleh Sang Mempelai (11-12). Yesus mengakhiri perumpamaan itu dengan peringatan agar kita berhati-hati dan wawas diri.
Bersikap bijaksana merupakan salah satu unsur penting dalam hal wawas diri. Sikap yang bijaksana membutuhkan kecermatan berpikir dan kemampuan untuk mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan terjadi.Tanpa kewaspadaan diri, justru akan membahayakan diri sendiri.
Memang kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Namun, Tuhan tahu dan berkuasa atas masa depan. Sebab itu, orang yang bijaksana akan memercayakan hidupnya pada pimpinan dan pemeliharaan Tuhan. Di sisi lain, kita tahu bahwa Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang kita lakukan selama hidup di dunia. Sudahkah kita mengerjakan semuanya dengan baik, cermat, dan penuh kesungguhan? Lalu untuk apa dan untuk siapa semuanya ini kita lakukan? Dengan mengetahui jelas jawabannya, maka kita bisa mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Tuhan. [RH]
SH: Mat 25:1-13 - Terlambat Sudah (Selasa, 28 Maret 2023) Terlambat Sudah
Semua orang pernah terlambat. Perbedaannya hanyalah seberapa sering; ada yang sering sekali, ada juga yang sangat jarang. Satu hal ya...
Terlambat Sudah
Semua orang pernah terlambat. Perbedaannya hanyalah seberapa sering; ada yang sering sekali, ada juga yang sangat jarang. Satu hal yang disadari adalah usai keterlambatan itu, ada perasaan tidak nyaman dan penyesalan sebab keterlambatan itu memberikan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Bagaimana jika keterlambatan yang terjadi terkait dengan persiapan kita dalam menyambut kedatangan Tuhan? Itulah yang diingatkan oleh penulis Injil Matius.
Perumpamaan yang digunakan oleh Tuhan Yesus pada perikop ini adalah gadis-gadis bijaksana dan bodoh dalam sebuah resepsi perkawinan Yahudi. Dalam tradisi pada saat itu, mempelai laki-laki bisa datang sewaktu-waktu ke rumah orang tua mempelai perempuan untuk mengambil sang mempelai perempuan. Setelah itu, gadis-gadis dan segenap tamu akan menyambut serta pergi bersama kedua mempelai ke rumah orang tua mempelai laki-laki, di mana perjamuan kawin dilaksanakan.
Bayangkanlah bila dalam penyambutan itu para gadis tidak bersiap-siap dengan baik. Itulah yang terjadi pada perumpamaan ini. Dari 10 gadis yang bertugas, rupanya 5 gadis tidak membawa persediaan minyak untuk lampu yang mereka gunakan (1-4). Pada akhirnya, saat tengah malam mempelai pria datang dan pelita dari 5 gadis itu sudah sangat redup (5-8). Sewaktu mereka pergi membeli minyak, semua sudah sangat terlambat (9-10). Mungkin mereka masih bisa mendapatkan minyak, tetapi mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti perjamuan kawin (11-12).
Dari kisah ini kita belajar bahwa hidup yang kita jalani saat ini adalah kesempatan yang dianugerahkan kepada kita untuk bersiap-siap menyambut kedatangan Tuhan. Kedatangan-Nya kelak akan menjadi kesempurnaan keselamatan kita. Sayangnya, banyak orang abai dan belum menjalani hidupnya dengan bertanggung jawab. Hal itu sama saja dengan ketidaksiapan kelima gadis yang bodoh. Jangan sampai kita terlambat untuk sadar dan jadilah seperti kelima gadis yang bijaksana. Selamat bersiap menyambut-Nya! [WDN]
Topik Teologia -> Mat 25:1
Topik Teologia: Mat 25:1 - -- Yesus Kristus
Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
Mempelai Laki-laki
Mat 9:15 Mat 25:1-13 Yoh 3:29
Pekerjaan-Pekerjaan...
- Yesus Kristus
- Kiasan, Gelar, dan Nama-nama Kristus
- Mempelai Laki-laki
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Kerajaan sebagai yang Akan Datang
- Umat Manusia: Wanita
- Wanita dan Peranannya Dalam Agama
- Wanita Dalam Pelayanan Yesus
- Wanita-wanita Dalam Pengajaran Yesus
- Wanita-wanita adalah Tokoh-tokoh Sentral Dalam Beberapa Perumpamaan
- Perumpamaan Sepuluh Gadis
- Dosa
- Dosa-dosa Roh
- Dosa-dosa Penipuan Diri
- Kebodohan
- Kebodohan sebagai Kejahatan
- Bil 12:11 Ula 32:6 1Sa 13:13 2Sa 24:10 Ayu 5:3 Maz 14:1 Maz 36:2-5 Maz 38:6 Maz 69:6 Maz 74:18,22 Maz 85:9 Maz 94:7-11 Maz 107:17 Ams 1:32 Ams 9:6,13,16-18 Ams 10:8 Ams 10:21 Ams 13:19 Ams 14:9 Ams 21:30 Ams 24:9 Pengk 4:17 Pengk 5:3 Pengk 7:7 Yer 4:22 Yer 5:4 Yer 8:9 Yer 10:8 Mat 7:26-27 Mat 23:17-18 Mat 25:1-13 Mar 7:20-23 Luk 11:39-40 Luk 12:16-21 Rom 1:21-23 1Ko 1:19-25 1Ko 2:6-8,14 1Ko 3:18-20 Gal 3:1,3 1Pe 2:15
- Eskatologi
- Kedatangan Kristus Kedua Kali
- Saat Kedatangan Yesus Kedua Kali
- Seperti Kedatangan Mempelai Pria
TFTWMS -> Mat 25:1-13
TFTWMS: Mat 25:1-13 - Perumpamaan Sepuluh Gadis PERUMPAMAAN SEPULUH GADIS (Matius 25:1-13)
1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyo...
PERUMPAMAAN SEPULUH GADIS (Matius 25:1-13)
1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. 2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. 3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, 4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. 5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. 6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! 7 Gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. 8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. 9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. 10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. 11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! 12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu. 13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."
Ayat 1. Yang pertama dari tiga perumpamaan ini menyangkut perlunya siap sedia setiap saat bagi kedatangan Tuhan, karena tidak ada yang tahu kapan kedatangan-Nya akan terjadi. Perumpamaan itu berawal dengan kalimat kerajaan sorga seumpama. Yesus sering memperkenalkan perumpamaan-perumpamaan kerajaan dengan jenis bahasa ini (13:24, 31, 44, 45, 47; 18:23; 22:2).
Di sini Yesus membandingkan kerajaan itu dengan sepuluh gadis yang pergi menemani pengantin laki-laki ketika ia tiba. "Sepuluh" adalah angka penting dalam Yudaisme, dan itu adalah angka yang pas untuk kisah ini. Kata "gadis" (parqe÷noß, parthenos) adalah kata yang sama yang digunakan untuk menggambarkan Maria pada saat kehamilan mujizatiah (1:23; Luk. 1:27). Gadis-gadis dalam perumpamaan ini adalah lambang para pengikut Yesus. Dalam pelbagai perumpamaan yang sebelum dan sesudahnya, Tuhan mengajar murid-murid-Nya untuk berjaga-jaga dengan menggunakan pelbagai contoh orang laki-laki (24:45-51; 25:14-30). Di sini, ia menggambarkan prinsip itu dengan menggunakan orang perempuan. Beberapa ilustrasi dari Yesus mencakup kegiatan oleh orang laki-laki dan perempuan (6:26, 28; 11:17; 24:40, 41).
Gadis-gadis ini, mungkin mirip dengan "pengiring pengantin" zaman kini, digunakan dalam acara prosesi. Namun, seperti yang Leon Morris katakan, pengetahuan kita tentang upacara pernikahan Yahudi kuno tidak lengkap.1Ayat ini mengatakan bahwa mereka pergi menyongsong mempelai laki-laki,2tetapi tidak menentukan lokasi di mana mereka menunggu. Pernah dikemukakan bahwa gadis-gadis itu menunggu di rumah mempelai laki-laki. Misalnya, bersandar pada informasi yang kita miliki tentang adat istiadat Yahudi pada saat itu, ada dugaan bahwa mempelai laki-laki pergi ke rumah bapak mertuanya untuk menerima istrinya. Di rumahnya sendiri ia meninggalkan sekelompok gadis yang dengan lentera atau obor harus menyongsong dia setibanya ia di rumah. Mereka akan hadir untuk mengiring dia ke dalam rumah.3
Yang lainnya berpendapat bahwa gadis-gadis itu menunggu bersama mempelai perempuan di rumahnya. Ketika mempelai laki-laki tiba untuk mengiring mempelai perempuan ke rumah mempelai laki-laki untuk perjamuan kawin, sepuluh gadis itu akan bergabung dalam acara prosesi itu.4Meski salah satu dari dua pilihan ini bisa terjadi, lokasi tepatnya tidaklah penting untuk memahami arti perumpamaan itu. Intinya adalah bahwa mereka sedang menunggu untuk bergabung dalam perayaan perkawinan yang meriah, untuk menghormati mempelai laki-laki.
Gambaran tentang mempelai laki-laki memiliki akarnya dalam Perjanjian Lama. Beberapa nas menggambarkan Allah sebagai suami dan Israel sebagai istri-Nya (Yes. 54:4-8; 62:4, 5; Yeh. 16:6-14; Hos. 2:19, 20). Demikian pula, dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah mempelai laki-laki dan gereja adalah mempelai perempuan-Nya (9:15; 22:2; Yoh. 3:29; 2 Kor. 11:2; Efe. 5:25-32; Why. 19:7, 8; 21:2). Meski gambaran mempelai perempuan tidak dikembangkan dalam nas ini, mempelai laki-laki itu bisa dikatakan melambangkan Kristus.
Perjamuan kawin biasanya diadakan di rumah mempelai laki-laki, dan acara itu sering dilakukan di malam hari (25:6). Karena benar begitu, maka gadis-gadis itu mengambil pelitanya untuk ditampilkan dalam prosesi itu. Kata Yunani yang diterjemahkan "pelita" (lampa¿ß, lampas) bisa mengacu kepada "suluh" (Yoh. 18:3). Satu kata yang berbeda, lu/cnoß (luchnos), menandakan sebuah pelita minyak kecil yang digunakan di rumah (lihat komentar tentang 5:15). "Suluh" pada kesempatan ini mungkin terdiri dari kain yang dililit secara erat yang dilekatkan pada sebatang kayu yang panjang; kain itu lalu disiram dengan minyak zaitun dan akan menyala untuk waktu yang cukup lama. Kemungkinan lain adalah bahwa "suluh" itu adalah pelita-pelita minyak yang dipasang pada tiang-tiang. John Lightfoot mengutip pernyataan para rabi kuno, yang dikaitkan kepada Rabi Solomon:
Gaya negeri orang Ismael adalah membawa mempelai perempuan dari rumah ayahnya ke rumah mempelai laki-laki sebelum ia dibawa masuk ke pembaringan; dan membawa di hadapannya sekitar sepuluh tongkat kayu, yang pada masing-masing bagian atasnya terdapat benda seperti piring kecil, yang di dalamnya terdapat sepotong kain dengan minyak dan ter: benda-benda ini, yang dinyalakan, mereka bawa di hadapan dia sebagai suluh.5
Ayat 2. Yesus berkata bahwa, di antara sepuluh gadis itu lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Istilah "bodoh" (mwro÷ß, mōros) dan "cermat"/"bijaksana" (fro÷nimoß, phronimos) juga digunakan dalam Matius untuk menggambarkan dua jenis tukang bangunan (7:24, 26). Dalam hal ini, sepuluh gadis itu merupakan kelompok campuran. Setengah dari mereka adalah murid-murid yang setia, sementara separuh lainnya tidak setia. Angka-angka ini hanyalah bagian dari cerita itu; mereka tidak mencerminkan berapa persen orang percaya akan dinilai setia atau tidak setia ketika Kristus datang kembali.
Ayat 3. Mengapakah lima dari gadis-gadis itu disebut bodoh? Mereka tidak membuat persiapan yang cukup bagi kemungkinan mempelai laki-laki itu datang terlambat. Mereka membawa pelitanya, tapi tidak membawa tambahan minyaknya. Dalam perumpamaan sebelumnya, hamba yang jahat (24:48-50) gagal mempersiapkan diri bagi kepulangan awal tuannya; namun begitu, gadis-gadis yang bodoh ini gagal mengantisipasi masalah penundaan yang lama.6
Ayat 4. Kelima gadis yang lain disebut cermat (NASB) ("bijaksana"; NIV) karena mereka tidak hanya membawa cukup minyak untuk menjaga lampu mereka tetap menyala tetapi juga membawa buli-buli minyak tambahan. Meski itu tidak nyaman, namun gadis-gadis muda ini melakukan apa yang diperlukan. Mereka tahu dari pengalaman bahwa mempelai laki-laki mungkin akan terlambat, dan mereka ingin siap ketika ia akhirnya tiba. Mengambil cukup minyak untuk menjaga pelita seseorang tetap menyala melambangkan perbuatan baik yang dilakukan dalam ketaatan kepada perintah Yesus (lihat 5:14-16).7
Ayat 5. Sementara sepuluh gadis menunggu, mempelai [laki-laki] itu lama tidak datang-datang juga. Rincian ini seharusnya tidak terlalu mengejutkan karena mempelai laki-laki dari budaya itu suka merahasiakan waktu kedatangan mereka. Penundaan di sini melambangkan jangka waktu lama sebelum Kristus datang kembali (lihat 25:19). Umat Kristen mula-mula mengharap Yesus segera datang kembali. Bisa jadi para pembaca Matius bergumul dengan isu khusus ini ketika ia menulis Injilnya, mungkin di akhir 50an atau awal 60an. Petrus, yang menulis pada pertengahan 60an, menjawab para pengolok yang secara mengejek bertanya, "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya?" (2 Pet. 3:4).
Seiring berlalunya waktu secara perlahan-lahan, maka mengantuklah semua perempuan muda itu lalu tertidur. Karena sudah larut malam, fakta bahwa sepuluh gadis itu semuanya mulai jenuh dan tertidur dapatlah dimengerti. Yesus tidak mencela mereka karena tertidur. Dalam hal ini gadis-gadis yang bodoh itu tidak lebih bersalah daripada gadis-gadis yang bijaksana. Namun begitu, dalam nas-nas lain, tidur dibedakan dengan berjaga-jaga dan dipandang negatif (26:38-46; Mrk. 13:35, 36; Efe. 5:14; 1 Tes. 5:6).
Ayat 6. Berseru, mungkin dari seorang tukang seru (lihat komentar tentang 22:3), terdengar pada waktu tengah malam. Kabar akhirnya datang bahwa mempelai laki-laki datang, dan sepuluh gadis itu dipanggil untuk [menyongsong] dia Ayat 7. Dalam merespon berita kedatangan itu, gadis-gadis itupun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Kata kerja "membereskan" (kosme÷w, kosmeō) umumnya berarti "merapikan." Jika "pelita" ini adalah suluh yang terdiri dari kain yang dibebat melingkari batang kayu, maka ujungnya yang sudah hangus harus dipotong dan minyak tambahan digunakan. Jika pelita itu adalah pelita minyak yang dipasang pada tiang, sumbunya tentu harus dipangkas dan diberi lagi minyak tambahan.
Ayat 8, 9. Ketika gadis-gadis yang bodoh itu merapikan pelita mereka, nyalanya hampir padam. Dalam Perjanjian Lama, gambaran lampu yang hampir padam dikaitkan dengan orang jahat (Ayub 18:5; Amsal 13:9). Gadis-gadis bodoh itu menyadari bahwa mereka tidak memperhitungkan keterlambatan mempelai laki-laki. Untuk mengatasi dilema mereka, mereka memohon rekan-rekan mereka untuk berbagi sedikit cadangan minyak mereka dengan mereka.
Gadis-gadis yang bijaksana itu menolak permintaan itu, dengan menjelaskan bahwa tidak cukup minyak untuk mereka semua. Mereka tidak ingin mengambil risiko di mana setiap lampu padam. Jika hal itu terjadi, prosesi itu akan hancur berantakan.8
Mereka menasihati para gadis yang bodoh itu untuk pergi dan beli minyak sendiri dari penjual minyak. Toko biasanya tidak buka sepanjang malam, tapi mungkin ada pengecualian pada acara-acara meriah. Donald A. Hagner berpendapat bahwa "membeli minyak di tengah malam kemungkinan besar tidak akan sulit di sebuah desa kecil yang sedang sepenuhnya mengadakan perayaan pernikahan."9
Rincian tentang gadis-gadis bodoh yang harus mendapatkan minyak bagi diri mereka sendiri menggambarkan fakta bahwa perbuatan baik tidak dapat dipindahtangankan. Ketika Kristus datang kembali, setiap orang akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya (2 Kor. 5:10).
Ayat 10. Alih-alih menyongsong mempelai laki-laki dengan pelita yang menyala, lima gadis bodoh itu pergi untuk membeli minyak. Sementara mereka pergi, mempelai laki-laki datang. Lima gadis bijaksana menyongsong mempelai laki-laki itu dengan pelita mereka dalam keadaan rapi dan menyala. Mereka bersama-sama masuk dengan dia ke ruang perjamuan kawin. Setelah memasuki ruang perkawinan, pintu ditutup. Pintu yang tertutup menunjukkan bahwa peluang seseorang sudah lewat (Kej. 7:16; Yes. 22:22; Luk. 13:25; Why. 3:7).
Ayat 11. Ketika gadis-gadis yang bodoh itu kembali dan menemukan diri mereka tidak bisa masuk, mereka memohon mempelai laki-laki untuk membiarkan mereka masuk Mereka berkata, "Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!" Sama seperti istilah "bodoh "dan "bijaksana" mengingatkan kita kepada dua tukang bangunan (7:24, 26), sapaan "Tuan, tuan" mengingatkan kita kepada peringatan Yesus dalam pasal yang sama. Ia menyatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga" (7:21).
Ayat 12. Permohonan gadis-gadis yang bodoh untuk masuk ke dalam perayaan penuh sukacita itu sia-sia. Mempelai laki-laki menolak untuk mengizinkan mereka masuk, dengan mengatakan, "Aku tidak mengenal kamu" (lihat komentar tentang 7:23). Pernyataan ini dapat ditafsirkan "Aku akan tidak ada hubungannya dengan kalian."10Dalam Perjanjian Lama, Allah "mengenal" umat-Nya yang telah Ia pilih (Yer. 1:5; Hos. 13:5; Amos 3:2; KJV). Tema ini diulang dalam Perjanjian Baru di mana orang-orang yang berada dalam hubungan yang aman dengan Allah melalui Kristus "dikenal" oleh Dia (lihat Gal. 4:8, 9; 2 Tim. 2:19).11
Kita bisa membayangkan penderitaan gadis-gadis yang bodoh ini ketika mereka berpaling dari pintu itu, sadar bahwa persiapan mereka telah menjadi sia-sia. Mereka mungkin menghabiskan waktu berjam-jam untuk berpakaian dengan patut dan sudah tiba jauh lebih awal. Mereka mungkin telah melatih ulang tugas mereka untuk upacara itu. Mereka bahkan telah membawa pelita mereka—tetapi mereka gagal membawa cukup minyak untuk bertahan sampai mempelai laki-laki itu datang.
Ayat. 13 Yesus menyimpulkan perumpamaan itu, dengan mengatakan, "Berjaga- jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." Sekali lagi, peringatan itu dikeluarkan supaya manusia harus selalu siap bagi kedatangan Tuhan (lihat Mat 24:36, 42, 44, 50). Kita tidak boleh menunda-nunda dalam hal kedatangan-Nya kembali. Bersikap bijaksana dan terus-menerus siap adalah langkah tepat untuk diambil, karena Ia bisa datang kapan saja. Siapakah yang ingin kedapatan tidak siap, seperti lima gadis bodoh itu, ketika Ia tiba?
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Ceramah Zaitun Sang Raja 25:1-46
Pelbagai Perumpamaan-Nya Tentang Akhir Zaman
Ceramah Zaitun," yang berawal di pasal 24, berlanjut dala...
Matius: Ceramah Zaitun Sang Raja 25:1-46
Pelbagai Perumpamaan-Nya Tentang Akhir Zaman
Ceramah Zaitun," yang berawal di pasal 24, berlanjut dalam pasal ini.
Dengan masih bicara kepada murid-murid-Nya, Yesus menyampaikan tambahan tiga perumpamaan tentang akhir zaman: perumpamaan sepuluh gadis (25:1-13), perumpamaan talenta (25:14-30), dan perumpamaan domba dan kambing (25:31-46). Perumpamaan terakhir ini sering disebut "Adegan Penghakiman Terakhir." Semua tiga perumpamaan itu menekankan pentingnya membuat persiapan yang memadai bagi kedatangan Kristus yang kedua. Ketiga perumpamaan itu juga hanya terdapat dalam Injil Matius.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Tiga Perumpamaan Penghakiman (Matius 25)
Sebuah pelajaran dapat dikembangkan dengan meringkas pasal itu dengan tiga hal berikut ini: (1) Bijaksanalah...
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Perumpamaan Sepuluh Gadis (Matius 25:1-13)
Yesus adalah Guru ulung. Kisah tentang gadis yang bijaksana dan yang bodoh, seperti semua perumpamaan Yesu...
Perumpamaan Sepuluh Gadis (Matius 25:1-13)
Yesus adalah Guru ulung. Kisah tentang gadis yang bijaksana dan yang bodoh, seperti semua perumpamaan Yesus, punya pesan nyata bagi kehidupan dan punya maksud yang penuh arti.
Pertama, perumpamaan itu mengajarkan kita bahwa kita harus siap (25:8). Pokok pikiran utama dalam teks itu adalah "waspada," atau "berjaga-jaga" (KJV). Ini melibatkan pemikiran sebelumnya untuk masa depan.
Pokok pikiran lain dalam perumpamaan ini adalah bahwa kita tidak bisa meminjam beberapa hal dalam kehidupan (25:9). Hubungan yang tepat dengan Allah tidak dapat diwariskan atau dipinjam; kita harus mengembangkan sendiri hubungan itu. Gadis-gadis yang bijaksana itu harus jangan disalahkan karena menolak untuk membagi minyak mereka dengan gadis-gadis yang bodoh. Penalaran mereka dalam hal ini adalah baik.
Ide terakhir yang ditemukan dalam teks itu adalah bahwa, sekali hilang, beberapa hal tidak dapat diperoleh kembali (25:10-13). Peluang mungkin datang lebih dari sekali, namun pada titik tertentu ia datang untuk terakhir kalinya. Kita harus jangan membiarkan kesempatan kita hilang.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Tugas Orang Kristen (Matius 25:1-13)
Kadang-kadang, Yesus membandingkan diri-Nya dengan mempelai laki-laki (9:15; 25:1; Yoh. 3:29). Jika kita memanda...
Tugas Orang Kristen (Matius 25:1-13)
Kadang-kadang, Yesus membandingkan diri-Nya dengan mempelai laki-laki (9:15; 25:1; Yoh. 3:29). Jika kita memandang diri kita sebagai pembantu-Nya, tugas apakah yang diamanatkan kepada kita untuk dilakukan sambil kita menantikan kedatangan-Nya? Mari kita mengidentifikasi tugas kita dan menggenapinya dengan kasih, ketaatan, dan kesetiaan.
Amanat Yesus kepada orang Kristen adalah amanat yang utama. Tidak ada yang bisa menyamai atau melampaui amanat itu. Sebagaimana Ia menyurahkan nyawa dan darah-Nya untuk mendatangkan Injil, kita juga harus menyerahkan diri kita kepada penyebaran injil itu. Yesus melakukan kebajikan, tapi itu bukan tujuan utama misi-Nya. Ia datang "untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Luk. 19:10).
Amanat Yesus kepada orang Kristen adalah amanat yang praktis. Firman-Nya menguraikan bagaimana Ia ingin kita melaksanakan Amanat Agung itu. Kita harus (1) menginjili "semua bangsa" (28:19), (2) mendidik para mualaf baru dengan "ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang [Yesus] telah perintahkan" (28:20), dan (3) memperlengkapi para pemimpin untuk setiap jemaat umat Tuhan. Kisah Para Rasul tidak bicara apa-apa tentang bangunan gereja atau pengkhotbah lokal yang digaji, tetapi kitab itu memang bicara tentang menetapkan penatua-penatua di setiap gereja (Kisah 14:23), memperkuat "Timotius" (lihat Kisah 16:1-3), dan mengutus para misionaris (Kisah 13: 1-3).
Amanat Yesus kepada orang Kristen adalah salah amanat yang sempurna. Tidak ada orang yang bisa membuatnya lebih baik. Rencana Yesus bagi gereja-Nya adalah sempurna ketika Ia memberikannya, dan rencana itu akan sempurna bagi para pengikut-Nya sepanjang zaman Kristen. Amanat Agung Yesus berisi semua hal yang diperlukan oleh misionaris mana saja, setidaknya dalam bentuk benih. Mari kita melanjutkan misi yang Yesus sudah mulai dan diteruskan kepada kita. Jika kita menerapkan rencana-Nya, Ia akan memberi peningkatan kepada kata-kata dan perbuatan kita.
Amanat Yesus kepada orang Kristen adalah amanat yang kekal. Rencana-Nya sudah disiapkan untuk segenap waktu dunia yang tersisa. Yesus berkata, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (28:20). Sampai Ia datang kembali, marilah kita melanjutkan pekerjaan-Nya menyebarkan injil, mengasuh para mualaf, dan memperlengkapi para pengikut yang setia untuk bergabung dalam pekerjaan terhebat di dunia ini.
Eddie cloer
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 620.
...
Catatan Akhir:
- 1 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 620.
- 2 Beberapa naskah kuno menambahkan "dan mempelai wanita," tapi ini lebih mempersulit gambaran itu. Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 52-53.
- 3 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 215.
- 4 Lihat Robert H. Gundry, Matthew: A Commentary on His Literary and Theological Art (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 498; Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 233.
- 5 John Lightfoot, A Commentary on the New Testament from the Talmud and Hebraica: Matthew-1 Corinthians, vol. 2, Matthew -Mark (Oxford University Press, 1859; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker, 1979), 322.
- 6 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 2, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 133.
- 7 Gundry, 499.
- 8 Mounce, 233.
- 9 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 729.
- 10 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 302.
- 11 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 155.
- 12 McGarvey, 217.
- 13 Sebaliknya, nilai satu "mina" adalah seratus dinar. Satu mina dihargai 1/60 talenta. (Lihat Lewis, 135.)
- 14 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 286.
- 15 Alkitab KJV dan NKJV melekatkan "dengan segera" (atau "langsung ") kepada perjalanan tuan rumah itu, tetapi terjemahan modern biasanya meletakkannya dengan kegiatan investasi hamba yang pertama.
- 16 Talmud Baba Metzia 42a.
- 17 Lihat Mishnah Baba Kamma 9.2; 10.5; Baba Metzia 6.3.
- 18 Gundry, 508.
- 19 Merlin W. Call, "Bank; Banking," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1979), 1:409.
- 20 Lewis, 136.
- 21 Hagner, 736.
- 22 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 329.
- 23 Morris, 632.
- 24 Perumpamaan-perumpamaan ini mencakup perumpamaan dua anak laki-laki yang disuruh bekerja di kebun anggur ayah mereka (21:28-32), pemilik tanah dan kebun anggur (21:33-41), pernikahan putra raja (22:1-14), sepuluh gadis (25:1-13), talenta (25:14-30), dan gembala memisahkan domba dan kambing (25:31-46).
- 25 Untuk adegan penghakiman yang paralel, lihat Wahyu 20:11-15.
- 26 Lihat 1 Henokh 62,1-16; 69,27-29.
- 27 Premilenialisme Dispensasi secara salah mengajarkan bahwa pengangkatan dan kedatangan yang kedua adalah dua peristiwa yang terpisah.
- 28 Lihat Warren W. Wiersbe, Be Loyal (Wheaton, Ill.: Victor Books, SP Publications, 1980), 184-85.
- 29 "Bangsa-bangsa" itu juga mencakup semua orang dalam Amanat Agung (28:19; lihat Mrk. 16:15).
- 30 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 886.
- 31 Wilkins, 157.
- 32 Hill, 331; Mounce, 235.
- 33 Lewis, 140.
- 34 Ungkapan "dunia dijadikan" muncul beberapa kali dalam Perjanjian Baru untuk mengacukan penciptaan (13:35; Luk. 11:50; Yoh. 17:24; Efe. 1:4; Ibr. 4:3; 9:26; 1 Pet. 1:20; Why. 13:8; 17:8). Beberapa acuan ini juga melibatkan rencana kekal Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus.
- 35 Yesus berulang kali menekankan hubungan antara ketaatan dan upah yang positif (7:21-27; 12:36, 37; Yoh. 12:47, 48).
- 36 Jika dosa seseorang ditutupi oleh darah Kristus, ia tidak akan memiliki dosa untuk diadili.
- 37 Hagner, 746-47.
- 38 Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick W. Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 208.
- 39 Lihate Mishnah Abodah Zarah 2.1.
- 40 Ralph Earle, "Inn; Lodge; Lodging Place," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:826.
- 41 David Stewart, A Commentary on Philippians (Searcy, Ark.: Stewart Publications, 2006), 81.
- 42 Untuk informasi lebih lanjut, lihat Stewart, 80-82.
- 43 James Burton Coffman, Commentary on the Gospel of Matthew (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1968), 410. See Acts 9:4, 5; 1 Cor. 8:12.
- 44 C. G. Wilke and Wilibald Grimm, A Greek-English Lexicon of the New Testament, trans. and rev. Joseph H. Thayer (Edinburgh: T. & T. Clark, 1901; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1977), 20.
- 45 Hare, 288.
- 46 A. T. Robertson, Word Pictures in the New Testament, vol. 1, The Gospel According to Matthew-The Gospel According to Mark (Nashville: Broadman Press, 1930), 201-2.
- 47 Lihat Mat. 19:16, 29; Mrk. 10:17, 30; Luk. 10:25; 18:18, 30; Yoh. 3:15, 16, 36; 4:14, 36; 5:24, 39; 6:27, 40, 54, 68; 10:28; 12:25, 50; 17:2, 3; Kisah 13:46, 48; Rom. 2:7; 5:21; 6:22, 23; Gal. 6:8; 1 Tim. 1:16; 6:12; Tit. 1:2; 3:7; 1 Yoh. 1:2; 2:25; 3:15; 5:11, 13, 20; Yudas 21.
- 48 Disadur dari khotbah oleh W. A. Bradfield, yang mengajar di Freed-Hardeman University, Henderson, Tennessee, dan berkhotbah sebagai penginjil selama bertahun-tahun.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi